Senin, 20 Februari 2012

Mau menjadi pakar IT

oleh: Budi Rahardjo (aka Mr. GBT / Petualang Blog)
Salah satu pertanyaan yang sering muncul dari mahasiswa saya, atau dari peserta presentasi yang saya berikan, adalah bagaimana caranya untuk menjadi pakar IT. Ini sebuah pertanyaan singkat yang jawabannya bisa panjang. Pertanyaan lain yang terkait dengan itu adalah "apa saja yang harus saya pelajari untuk menjadi pakar IT (programming, networking, database, dan bidang lain yang seperti itu)?"
Saya tidak tahu jawaban yang singkat dan pamungkas. Itu jawaban yang langsung to the point. Jawaban yang panjang ... ya panjang, tapi akan coba saya uraikan di dalam tulisan ini.
Passion, belajar dan praktek
Hal pertama yang sangat penting menurut saya adalah passion, minat, kecintaan. Sama seperti bidang lain, penguasaan bidang IT harus disertai dengan adanya keinginan yang menggebu-gebu. Mengapa Anda ingin menekuni bidang ini?
Penguasaan bidang IT tidak terjadi dalam waktu sekejap. Dia tidak bisa tercipta hanya dengan mengikuti sebuah seminar saja. Saya melihat banyak orang/siswa yang datang ke seminar dan kemudian berharap menjadi seorang jagoan. Ini sama seperti kita menonton pertandingan sepak bola dan kemudian pulang ke rumah berharap langsung menjadi jagoan sepak bola. Tidak bisa! Untuk menjadi pakar sungguhan dibutuhkan waktu tahunan, kecuali Anda mau sekedar menjadi "pakar" (atau sering juga disebut selebriti IT).
Belajar dan praktek merupakan metoda yang saya lakukan. Belajar di sini termasuk membaca buku, majalah, dan sumber referensi lainnya (kalau sekarang adalah Internet). Jika diperlukan, pelajari juga latar belakang teorinya. Praktek mencoba menerapkan apa yang Anda baca untuk meningkatkan ketrampilan (skill) dan memperkaya "perpustakaan" solusi Anda.
Untuk urusan membaca, saya termasuk yang maniak. Semua saya baca. Kesenangan saya membaca hal-hal yang terkait dengan komputer dimulai waktu saya membeli majalah bekas di dekat sungai Cikapundung (Bandung). Jaman itu banyak majalah asing yang nampaknya tidak dikembalikan ke penerbit akan tetapi dijual dengan sampul yang digunting. Jadi, saya mulai dengan majalah bekas! Itulah sebabnya saya sering heran dan kesal dengan mahasiswa yang mengeluh bahwa dia tidak punya uang untuk belajar komputer. Kalau sekarang sudah banyak buku komputer berbahasa Indonesia yang terjangkau harganya. Kalau dulu, saya harus membeli majalah asing.
Untuk soal praktek, banyak yang mengeluh tidak punya uang untuk membeli komputer. Siapa yang suruh untuk beli komputer? Untuk praktek komputer anda tidak harus memiliki komputer sendiri. Ada banyak tempat untuk belajar komputer, seperti misalnya lab di kampus, dan warnet. Anda bisa bekerja di sana sambil belajar. Kalau perlu bekerja tanpa dibayar. Ketika saya belajar UNIX (di mesin Sun), saya membantu admin di lab kampus. Saya ikut mengangkat komputer, menarik kabel, membereskan hal-hal lain secara voluntir selama 1 tahun. Baru setelah itu saya diberi kepercayaan untuk mengurus salah satu komputer di sana, dan akhirnya seluruh jaringan.
Pendidikan formal, training, atau belajar sendiri?
Ada orang-orang yang memberi contoh bahwa pendidikan formal di dunia IT tidak diperlukan karena bisa dipelajar sendiri. Kemudian mereka memberikan contoh-contoh jagoan IT di sekitar mereka yang tidak memiliki pendidikan formal di bidang IT. Bill Gates drop out dari Harvard. Steve Jobs tidak pernah menyelesaikan college. Masih banyak contoh lainnya. Tapi, apakah benar bahwa pendidikan formal tidak dibutuhkan? Orang lupa bahwa untuk satu Bill Gates yang sukses, mungkin ada 10 ribu dropout yang gagal. Tentu saja berita mengenai dropout yang gagal tidak menarik untuk diceritakan sehingga dapat dianggap natural saja. Maka akan aneh jika kesuksesan dropout dianggap normal. Saya masih termasuk yang beranggapan bahwa pendidikan formal itu dibutuhkan karena dia memberikan fondasi, meskipun itu bukan menjadi jaminan kesuksesan.
Lantas bagaimana dengan orang yang tidak berpendidikan formal? Mereka bisa saja berhasil, asal mau berusaha lebih keras. Salah satu jalur yang dapat ditempuh adalah dengan mengikuti training, bahkan training di beberapa tempat malah memiliki nilai (value) yang lebih tinggi dibandingkan pendidikan formal biasa. Hal ini dibuktikan dengan lebih diakuinya sertifikat vendor (yang notabene terkait dengan training, bukan dengan pendidikan formal) dibandingkan dengan ijasah perguruan tinggi.
Saya mungkin termasuk kategori yang menempuh jalur belajar sendiri. Saya tidak punya sertifikat, akan tetapi malah mengeluarkan sertifikat. (Lihat BRcertified.com.) Apakah Bill Gates punya sertifikat dari Microsoft?) Pendidikan formal IT saya sangat minim karena ketika saya kuliah lebih banyak ilmu elektronikanya. Kalau elektronika dapat dianggap sebagai IT, maka saya memiliki pendidikan formal IT. Tentu saja latar belakang pendidikan elektronika saya sangat membantu dalam memahami IT. Namun kalau diurut-urut, pendidikan formal programming saya hanyalah pemrograman dalam bahasa FORTRAN. Sementara itu penguasaan bahasa pemrograman lainnya (perl, C, C++, Java, dan masih banyak lainnya) berasal dari belajar sendiri.
Dalam belajar sendiri saya mencoba mencari (buku) referensi yang terbaik, referensi yang digunakan oleh para jagoan lainnya. (Pendekatan ini mungkin belum tentu cocok untuk Anda, tetapi inilah "aliran" atau "madzhab" yang saya pilih.) Caranya adalah dengan mencari informasi di milis, situs web, dan tanya ke orang lain. Kadang buku referensi ini sukar dimengerti, akan tetapi lama kelamaan saya menjadi lebih mengerti mengapa referensi tersebut digunakan. Jadi saya tidak mencari buku "xyz for dummies" atau buku terjemahan yang malah membingungkan. Jika ingin berguru, cari guru yang terbaik. Jangan cari guru yang biasa-biasa saja.
Contoh buku-buku yang saya gunakan ketika belajar misalnya:
• Buku "camel" (terbitan O'Reilly) saya gunakan untuk belajar bahasa perl. Saya pilih buku ini karena Larry Wall yang menulis buku ini dan dia kebetulan adalah pengarang bahasa perl. Lagian, waktu itu ini adalah satu-satunya buku perl yang ada. hi hi hi.
• Buku "dragon" (karangan Aho dan kawan-kawan) untuk belajar compiler.
• Buku karangan Lippman (C++ Primer) ketika belajar C++. (Yang ini tidak ada nama binatangnya. ha ha ha.)
Kelebihan penggunaan buku-buku yang sama dengan buku yang digunakan oleh pakar di luar negeri adalah kita bisa nyambung kalau berdiskusi. Jadi tidak ada bedanya antara mereka dan saya.
Catatan mengenai nama buku. Biasanya buku diberi julukan berdasarkan gambar sampul (cover) dari buku itu. Sebagai contoh buku "camel" memiliki sampul bergambar onta.
Bahasa pemrograman apa yang harus saya kuasai?
Setiap waktu selalu muncul bahasa pemrograman (dan metodologi) yang baru. Pada saat saya belajar pemrograman, bahasa FORTRAN dan pembuatan flow chart merupakan hal yang wajib diketahui oleh seorang programmer. Kalau sekarang mungkin bahasa Java atau C/C++ yang lebih dicari. Demikian pula metodologi yang menggunakan agile atau extreme programming mungkin sedang naik daun. Untuk pengembangan yang berbasis web, bahasa PHP dan ASP yang sedang populer. (Saya sendiri lebih suka menggunakan bahasa perl.)
Jadi bagaimana? Apakah Anda perlu mengetahui semua bahasa yang baru? Jawabannya adalah tidak. Hanya orang "gila" saja yang melakukan hal itu. (Dalam hal ini mungkin saya termasuk orang yang "gila" karena saya senang mencoba bahasa-bahasa yang baru.) Hal yang paling penting adalah dasar-dasar dari pemrograman. Bahasa hanya sekedar "alat komunikasi." Jika Anda menguasai C, misalnya, maka tidaklah terlalu sukar untuk menguasai bahasa lain (yang filosofinya sama atau mirip). Namun jika Anda tidak memiliki dasar pemrograman, maka akan sulit bagi untuk berkembang. Sebagai contoh, saya menguasai bahasa perl. Ketika muncul bahasa PHP maka dengan mudah saya mengerti karena sedikit banyak prinsipnya tidak jauh berbeda dengan bahasa perl.
Penutup
Tulisan ini mencoba menjawab salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh banyak orang (mahasiswa, peserta training / seminar, media massa). Daripada saya jawab satu persatu, saya putuskan untuk menjawabnya dalam sebuah artikel di web ini saja. Saya yakin masih banyak pertanyaan seputar topik ini, tetapi mudah-mudahan artikel yang singkat ini dapat menjawab sebagian pertanyaan yang Anda miliki.
(http://budi.insan.co.id/articles/menjadi-pakar/)

Bersahabat dengan Alam

Kabar bencana banjir dan tanah longsor seolah susul menyusul mengisi berita di setiap stasiun televisi. Tidak hanya di daerah hutan atau desa terpencil, bahkan perkotaan. Disikapi sebagai bencana atau akibat dari ulah manusia dalam bentuk peringatan alam?
Banyaknya penggundulan hutan menjadi salah satu sebab banjir dan rawan longsor. Berbagai program penghijauan telah dicanangkan oleh pemerintah dan masyarakat. Selain pemantauan dan evaluasi yang harus dilakukan secara berkelanjutan, kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup amatlah diperlukan.
Sayangnya, kesadaran akan menjaga kelestarian ini rupanya kurang diperhatikan oleh pemerintah dan sebagian besar masyarakat kita. Kita lihat saja di daerah perkotaan. Terlepas dari masalah drainase, sangatlah perlu dilakukan beberapa pembenahan, penghijauan kota juga patut menjadi sorotan pemerintah daerah. Sedangkan pembuangan sampah tidak pada tempatnya telah menyumbat saluran-saluran air. Bahkan membuang sampah sekecil bungkus permen dilakukan secara sembarangan. Hal ini seharusnya menjadi perhatian masyarakat.
Saat banjir dan longsor datang, saat korban mulai berjatuhan, saat kerugian mulai terhitung, apa yang harus kita lakukan? Selalu saja muncul suara "Siapa yang salah?". Masyarakat menyalahkan pemerintah yang dianggap kurang tanggap dan cekatan mengantisipasi dan mencegah terjadinya banjir. Ditambah lagi dengan lambatnya penanganan atas korban banjir. Sebaliknya pemerintah menuding masyarakat yang terlampau berharap meminta bantuan keselamatan setelah banjir terjadi.
Sebaiknya kita tidak usah menyalahkan satu sama lain. Hanyalah kesadaran untuk menjaga lingkungan hidup yang kita perlukan. Saat liburan ini merupakan saat yang tepat bagi diri kita sendiri untuk berjanji menjaga lingkungan disekitar. Hal yang paling mudah dilakukan adalah dengan membuang sampah pada tempatnya.
Marilah kita belajar dari kesalahan yang telah terjadi dan janganlah mengulangi kesalahan itu lagi.

Kandungan gizi pada makanan jajanan

Akhir-akhir ini beragam isu kesehatan menjadi topik hangat yang dibicarakan berbagai kalangan, termasuk para orangtua. Kasus formalin, boraks, hingga zat pewarna pada makanan membuat kita semua harus lebih hati-hati lagi dalam memilih makanan terutama makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak. Dalam hal ini para orangtua harus melakukan pengawasan lebih ketat terhadap makanan apa saja yang dibeli bebas alias jajanan, tidak terkecuali makanan yang disediakan di kantin sekolah.

Dengan kondisi tersebut, diperlukan komunikasi antara orangtua murid dan guru untuk saling memberikan masukan dan pengawasan pada makanan di kantin sekolah dengan memberikan dan menyediakan makanan yang sehat dan bergizi bagi murid.

Berikut ini informasi penting yang bisa Anda jadikan bahan diskusi dan beberapa tips mengatasi kebiasaan jajan :

Zat terlarang yang terkandung dalam bahan makanan:
• Zat pewarna yang dilarang, antara lain auramine, metanil yellow, chrysoidine, rhodamin, burn umber. Zat pewarna yang dimaksud dipergunakan untuk pewarna industri tekstil dan lain-lain.
• Zat pengawet, seperti nitrofuran, asam benzoate, dan kloroform. Formalin dan boraks juga berada di antara pengawet yang dilarang karena bukan untuk digunakan pada makanan.
• Zat pemanis, sakharin dan siklamat.
Bahaya yang mengancam:
• Zat pewarna seperti rhodamin, jika dikonsumsi secara berlebihan akan menyebabkan kanker hati beberapa tahun mendatang.
• Vetsin atau mono sodium glutamate (MSG) yang dikonsumsi secara berlebihan bisa menyebabkan kanker. Dalam jangka pendek bisa juga menyebabkan pusing dan mual.
• Formalin dan boraks bisa membuat gangguan pencernaan, muntah-muntah, hingga depresi system saraf.
• Pencemaran timbal (Pb) pada makanan yang dijajakan di pinggir jalan tidak bisa diremehkan karena bisa mengakibatkan infertilitas, kelumpuhan, mual, dan muntah-muntah, sakit kepala, hingga kesulitan berpikir.
• Selain timbale, makanan jajanan yang tidak higienis sangat mungkin tercemar bakteri E.coli. Bakteri ini menyebabkan sakit perut, diare dan gangguan pencernaan lainnya.
Tips menghindari jajanan:
• Biasakan makan pagi. Hal ini efektif untuk mengurangi nafsu jajan pada anak dan remaja.
• Membawa bekal. Dengan membawa bekal, selain kebersihan terjaga, nutrisi juga dijamin seimbang.
• Sediakan kudapan/camilan sehat di rumah, bisa berupa buah, kue rendah kalori atau yoghurt.
• Variasi makanan di rumah. Menu yang berganti-ganti membuat kita tidak cepat bosan dan mencari pilihan lain di luar rumah, yang belum tentu memenuhi syarat gizi. Ini bisa diterapkan juga di kantin-kantin sekolah dengan menyediakan makanan yang sehat yang variatif dan bergizi, sehingga murid tidak membeli jajanan di luar sekolah.
• Jangan biasakan mengganti makanan dengan jajanan.
• Jangan terlalu sering makan di restoran fast food. Makanan yang ditawarkan umumnya mengandung garam yang tinggi dan penyedap rasa berlebih. Kandungan kalorinya juga lebih besar disbanding kandungan nutrisinya. Protein, mineral dan vitaminnya pun sangat rendah.
Dengan mengetahui dampak baik dan buruk dari makanan jajanan, paling tidak kita bisa meminimalisir hal-hal buruk yang mungkin akan terjadi.

Hidup Sehat di Kota Polusi

Jika Anda hidup di kota besar, banyaknya polusi menambah tingkat kesulitan untuk menerapkan hidup "sehat" saat ini. Terlebih dengan adanya pilihan makanan yang sangat bervariasi. Entah itu makanan yang bergizi atau malahan makanan yang mengandung lemak tinggi. Namun kita harus tetap berusaha untuk dapat menjalankan hidup sehat tersebut, terutama menerapkah hidup "sehat" bagi anak-anak kita.
Berikut ini merupakan trik agar kita bisa tetap hidup sehat di tengah-tengah "serangan" polusi:
1. Perhatikan makanan bergizi
Selain makanan 4 sehat 5 sempurna, yang disarankan adalah penganan yang mengandung kalsium tinggi. Sederhananya, jika tubuh fit, secara alamiah kita akan lebih resistan terhadap polusi, termasuk zat-zat yang tidak diperlukan tubuh.
2. Olahraga rutin
Olahraga membuat metabolisme tubuh semakin baik sehingga selalu siap menangkap dan mengeluarkan zat-zat yang berbahaya bagi tubuh termasuk bakteri, virus dan polutan.
3. Membersihkan udara di rumah
Menggunakan penyejuk udara (AC) sebenarnya tidak terlalu berarti. Justru AC yang menggunakan ozon bisa menimbulkan ground ozone yang membahayakan karena sifatnya beracun. Lebih baik, sediakan ventilasi rumah sebanyak mungkin untuk mendapat udara segar. Kalaupun ingin menggunakan AC, pilih yang aman untuk lingkungan (biasanya tertera pada produk). Tidak lupa lakukan perawatan berkala, seperti bersihkan saringan minimal sekali seminggu dan hindari penggunaan yang terus-menerus.
4. Menghijaukan lingkungan
Lakukan penghijauan di rumah. Kenapa tumbuhan begitu penting? Karena tanaman bisa menghisap partikel-partikel (zat-zat polutan) yang bebas di udara.
5. Berlibur ke pegunungan atau pantai
Sempatkan waktu untuk berlibur ke daerah yang rendah polusi seperti ke pegunungan atau pantai. Setidaknya bisa jadi refreshing dan membuat kita "lepas" dari polusi meski hanya untuk sementara waktu.
Jadi, siapkan diri Anda mulai hari ini untuk menerapkan hidup "sehat". Semoga trik-trik diatas bermanfaat!